Selamat
pagi, selamat siang, selamaat sore, selamat malam. Apapun keadaanmu ketika
membaca ini. Selamat. Jangan bersedih, hidup hanya sedang bercanda denganmu.
Jangan menatapnya dengan tatapan kebenciaan atau kemarahan, nanti
dia takut. Kau bisa
mengubah sudut pandangmu dengan sudut pandang
yang lain, atau mencoba semua sudut pandang itu dan akan berefek banyak bagi hidupmu.
Coba saja.
Setidaknya
untuk menambah wawasan tentang sudut pandang maka harus dilakukan dengan banyak
membaca(ini yang saya sarankan, mungkin ada cara lain) jadi kita bisa merasakan
keseruan-keseruan ketika menjadi berbagai tokoh didalam buku itu.
Karena
kemarin libur di unja(keknya
akhir semester dua apa awal semester tiga, gitu) ditambah satu minggu (tidak semua fakultas). Kalau
mau balik ke kampung, tanggung. Jadilah satu minggu itu
saya habiskan dengan membaca. Bukan bacaan yang berat. Hanya sebuah novel yang
jumlah halamannya sebanyak 400 halaman. Tidak terlalu tebal, hahaha, lumayan
lah. Dan sudah tujuh kali cetak ulang maka saya memutuskan membacanya. Dan juga, karena
saya telah mengikuti challange membaca buku yang diadakan di instagram maka
jadilah ini buku ketiga yang saya habiskan dalam tahun ini. Dan lagi ini bukan
buku milik saya, tentunya buku pinjaman namun bukan dari perpusakaan melainkan
dari teman saya yang baik hatinya karena telah bersedia memberi
meminjamkan saya buku ini. Dan katanya
sudah dibeli sejak lama namun hingga detik ini belum dibaca selembar
pun. Hohoho. (kebanyakan ‘dan’nya ini-_-) oke ga penting.
Dan karena
penulisnya akan datang ke kampus pada akhir bulan dua mendatang maka jadilah saya
tertarik untuk membaca bukunya, karena telah selesai saya baca, banyak
pertanyaan yang ingin saya tanyakan seputar buku ini. Sebelum ini saya juga
pernah membaca judul lain, “Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin” (pasti
kau langsung tau penulis kawakan itu) pertanyaan terkait buku-buku beliau yang
telah saya baca atau tentang kepenulisan, ide, cara beliau memutar-mutar cerita
hngga sedemikian rupa, atau apakah si penulisnya merupakan penggemar spongebob,
ya, dan
banyak lagi.
Jadi balik ke
bukunya, judulnya yaitu Pulang. Menarik ga tuh? Pulang kemana? Atau pulangkan saja aku pada ibuku
dan ayahku. Skip skip.
Buku
ini berkisah tenteng perjalanan pulang– yaiyalah, masa pergi. Jadi si pemeran utama, yaitu Bujang, melalui
pertarungan demi pertarungan, petualangan demi petualangan untuk memeluk erat
semua kebenciaan dan rasa sakit (beuhhh). Saat kau membaca ini kau akan
disuguhkan kejoetan demi kejoetan, rasa demi rasa. Kau akan dibawa berkeliling
dunia. Pagi ini di Jepang, siangnya di Makau, kemudian sorenya di Vietnam.
Paginya sudah di Indonesia lagi. Tokoh – tokoh dalam buku ini akan memberimu
banyak sudut pandang. Hahaha menarik bukan.
Tentang
Shadow Economy. Kalau diartikan secara harfiah itu berarti ekonomi
bayangan. Atau pasar gelap, pasar hitam alias black market. Taulah apa-apa yang
ada didalamnya seperti pencucian uang, perdagangan orang, narkoba dan segelintir
hal lain (yang mungkin ada dalam pikiranmu) yang dikendalikan oleh institusi
ekonomi pasar gelap namun mereka tidak mencolok. Tidak banyak muncul di media,
tidak melakukan pencitraan dan gerakannya sangat rapi. Shadow Economy ini dikelola oleh para
keluarga-keluarga penguasa. Tidak ada yang tahu berapa banyak jumlah mereka.
Begitu juga pemerintah. Tentang bagaimana mengalirkan uang ilegal menjadi
legal. Wkwkw, apaan tuh. Hmm.
Tokoh perempuan
dalam novel ini sangat sedikit sekali, yang pertama Midah, ibu dari Bujang,
istrinya Samad. Midah layaknya istri dan ibu kebanyakan. Kemudian cucu kakek
Bushi, si kembar, Yuri dan Kiko–dan mereka adalah orang jepang.
Entah
kenapa saya membayangkan visualisasi dari si kembar itu adalah seperti Haruka
JKT48 dalam varietyshow tv. Hahaha. Lucu saja. Mereka berdua suka bermain-main
dan usil. Dalam misi yang genting saja mereka masih sempat bercanda. Namun
jangan salah, mereka berdua itu pintar dan merupakan pencuri kawakan kelas
dunia. Menghubunginya saja melalui hubungan khusus yaitu via sosial media. Kids
zaman now banget lah itu.
Bang
Tere Liye (manggilnya abang) memang hebat dalam mempadu-padankan kata demi
kata, namun entah kenapa dosen saya tiyda menyarankan saya untuk membaca karya
beliau, karena katanya bacaan anak sastra itu bukan yang menye-menye. Hahaha
namun ya tiydaa apa-apa gaesss. Itukan saran dari beliau, kalau saya sih semua
buku saya baca semua genre ugha, walaupun belum semua genre saya baca (soon ya).
Bang Tere Liye make alurnya alur bolak balik cantik (a.k.a maju mundur cantik),
jadi suka bingung sendiri bacanya. Tapi tetap bagoes kok ceritanya. Buat yang
suka pertarungan, dalam novel ini banyak adegan-adegan actionnya juga.
Ya itulah
sedikit gambarannya. Selamat membaca. Oh iya,mari bekeliling dunia, bersama
tentunya. Sendiri ga enak woy. Haha.
*TULISAN INI TELAH LAMA DITULIS DAN SEMPAT DIKIRIMKAN KE EMAIL REDAKSI MOJOK.CO, NAMUN TERTOLAK. Tak apa. Yang penting udah dibaca sama redakturnya dan tereliminasi. kukuadh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar