http://www.bpkp.go.id/jambi/konten/779/Wilayah-Kerja.bpkp |
Masuknya islam ke Indonesia diperkirakan pada abad ke 7 M begitu pun dengan Jambi. Masuknya Islam ke Jambi pun diperkirakan pada abad ke 7 M dengan munculnya 2 kerajaan di pantai timur Sumatra, yakni: Moloyu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Kerajaan Moloyu dengan basis Islam, sedangkan Sriwijaya dengan basis Budha. Ini dibuktikan dengan adanya catatan perjalanan I-tsing. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 13 M. dengan masuknya Islam ke Indonesia, memberikan banyak pengaruh terhadap masyarakat dan kebudayaan yang ada di Indonesia pada saat itu hingga sekarang.
Jambi merupakan salah
satu privinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah
pulau Sumatra. Luas provinsi Jambi sekitar 50.160,05 km2 dengan luas
darat 49.734,55 km2 dan perairan 425,5 km2. Sebelah Utara
berbatasan dengan provinsi Riau, di sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi
Sumatra Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan provinsi Sumatra Barat dan
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Pengaruh islam sangat
kental pada masyarakat Melayu, khususnya Jambi. Pengaruh ini sangatlah kental,
terutama pada pakaian adat. Pakaian adalah simbol budaya yang menandai
perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya. Pakaian juga dapat menjadi penanda
identitas suatu masyarakat dalam sebuah daerah, termasuk pakaian pengantin.
Semakin indah dan megah pakaian dan aksesoris yang digunakan menandakan semakin
tinggi pula kedudukan sang pengantin di kalangan masyarakatnya.
Pakaian pengantin adat
etnis Jambi pada dasarnya memiliki beragam bentuk, jenis, dan makna
filosofisnya sesuai dengan pesan-pesan nilai kebudayaan yang terkandung pada
tempat, adat, dan kebiasaan masyarakat dari pakaiaan itu berasal. Hal ini juga
berkaitan dengan ekonomi, sosial, politik dan keagamaan.
Simbol-simbol yang ada
pada ornamen serta aksesoris tradisional di dalamnya dituturkan secara lisan
dari generasi ke generasi. Maka keanekaragaman suku dan budaya yang mendiami
Jambi, secara struktur sosial dan kelompok, pakaiaan adatnya akan dipengaruhi
oleh kondisi suku itu sendiri.
Terdapat 7 kelompok suku yang ada di
Jambi, yaitu:
- Pakaian pengantin suku Kerinci yang terdapat di Kab. Kerinci, Kota Sungaipenuh, dan sebagian di Kab. Batanghari.
- Pakaian pengantin suku Batin yang terdapat
di Kab. Merangin, Kab. Muarobungo, dan Kab. Batanghari.
- Pakaian pengantin suku Penghulu yang dipengaruhi oleh daerah asalnya Sumatra Barat. Tersebar di Kab. Sarolangun (Batang Asai, Limun Empat Dusun, Palawan, dan Sungai Abang), dan Kab. Merangin (Sungai Manau, Nibung, Pangkalanjambu, dan Perentak). Suku Penghulu banyak mendiami wilayah kabupaten Bungo, Tebo, Merangin dan Sarolangun. Diperkirakan mereka dulunya berpindah dari wilayah suku Minangkabau ke Jambi. Hal ini dilihat dari adat istiadat dan budaya yang mirip suku Minangkabau. Bahasa orang Penghulu adalah bahasa Penghulu yang merupakan campuran bahasa Melayu Jambi dan Minangkabau. Pekerjaan sehari-hari umumnya di bidang pertanian dan mendulang emas.
- Pakaian pengantin suku Pindah dipengaruhi oleh daerah asalnya Sumatra Selatan. Tersebar di Kab. Sarolangun (Karangmendapo dan Mandiangin), dan Kab. Batanghari.
- Pakaian pengantin suku Melayu Jambi, tersebar di daerah Kota Jambi, Kab. Muarojambi, dan Kab. Batanghari. Suku Melayu Jambi merupakan suku terbesar di provinsi Jambi. Tersebar dari kota Jambi, kabupaten Muaro Jambi dan Batanghari. Suku Melayu Jambi mayoritas beragama Islam dan berbahasa Melayu Jambi (Melayu dialek o). Suku Melayu Jambi berasal dari golongan Melayu muda (Deutro Melayu) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan suku Penghulu dan Pindah.
- Pakaian pengantin suku Melayu Pantai Timur. Tersebar di Kab. Tanjungjabung Barat dan Kab. Tanjungjabung Timur. Pekerjaan mereka nelayan dan bertani.
- Pakaian pengantin Orang Rimba di Bukit
Duabelas. Tersebar di Kab. Sarolangun dan Kab. Merangin. Suku Anak Dalam atau sering disebut suku Kubu (panggilan
kasar) merupakan suku terbelakang di Jambi. Mereka menyebut diri mereka “orang
rimba” yang berarti orang yang tinggal di dalam hutan. Mereka kebanyakan
tinggal kawasan taman nasional Bukit 12 dan taman nasional Bukit 30 di
kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun dan Batanghari. Orang rimba hidup secara
nomaden, sederhana dan menghidupi diri dengan berburu binatang dan mencari
buah-buahan di hutan.
Dari tata busana dan perhiasan yang
dipakai oleh pengantin pria dan pengantin wanita di masing-masing suku,
mempunyai makna dan arti sesuai keadaan lingkungan dan masyarakat pendukungnya.
(Sumber: Sejarah Adat Jambi 2001, Drs. Thabran Kahar, 1984/1985, Pemuka Adat
Setempat, 2011)
Jambi juga berbatasan
langsung dengan Sumatra Selatan, hal ini mengakibatkan akulturasi antara budaya
Jambi dengan budaya Palembang sangat mungkin terjadi. Hal ini dapat dilihat
dari baju pengantin Suku Pindah. Selain itu O. W. Wolters (1996) dalam buku Sejarah Jambi yang ditulis oleh Drs.
Maizar Karim, M.Hum., menyebutkan bahwa pada abad 11 M, Jambi kembali menjadi
pusat pemerintahan baru bagi Sriwijaya. Sehingga sedikit banyak kebudayaan dari
Sriwijaya memberi pengaruh terhadap kebudayaan yang ada di Jambi. Selain itu
pedagang Arab, China dan India yang masuk juga memberi pengaru terhadap
kerajaan Melayu pada saat itu. Selain itu, Jambi juga berbatasan langsung
dengan Sumatra Barat. Pakaian pengantin suku Penghulu dipengaruhi oleh daerah
asalnya Sumatra Barat.
Dalam penelitian yang
dilakukan terhadap beberapa kepala suku Kubu dan Talang Makak (di Bangko dan
Rengat), yaitu merupakan golongan suku terasing. Yang diperoleh keterangan
bahwa di masa lalu nenek moyang mereka menghindarkan diri ke hutan-hutan dengan
dua macam alasan, yaitu: kedatangan Sri Maharaja Diraja yang datang dari laut.
Mereka lebih suka mengembara dari pada dikuasai orang asing; alasan yang kedua,
memprotes pernikahan salah seorang putri Minngkabau dengan raja yang datang
dari luar. Pakaian pengantin adat suku Kubu ini berbentuk kain penutup bawahan
bagi perempuan dan cawat untuk laki-laki.
Pada umumnya, pakaian
adat pernikahan Jambi untuk perempuan berbentuk baju kurung tanggung berwarna
merah sedikit diatas lutut. Berbahan dasar beludru dengan selendang yang
berwarna hijau dan emas yang diikatkan disekitaran pinggang. Lalu ada ikat
pinggang dan penutup dada. Untuk bagian bawah menggunakan kain songket yang
ditenun menggunakan benang dari sutra, dan kaki menggunakan sandal selop.
gelang kaki. ikat pinggang, teratai dada atau tutup dada, dan juga pending.
Penutup Kepala Suku Kerinci |
Anting-anting |
Kalung |
Gelang Tangan |
Gelang Tangan |
Ikat Pinggang Pending |
Pakaian adat untuk
laki-laki juga menggunakan baju kurung tanggung berwarna merah. Tetapi memiliki
perbedaan dengan pakaian wanita. Selain itu menggunakan lecak pada kepala. dan
celana dibaian bawah lebar. Selain itu baju laki-laki dan perempuan bertabur
motif dengan benang emas. Dan menggunakan kain songket setengah tiang. Selain
itu laki-laki juga menggunakan gelang kaki, gelang tangan, dan juga cincin.
Gelang tangan yang digunakan terbuat dari logam dengan celupan bermotif naga
kuning. Kemudian ada cincin anyel. Cincin ini dikenakan pada jari manis kaum
laki-laki dan melambangkan sudah adanya keterikatan dengan seorang wanita.
Selain itu, pengantin pria juga menggunakan keris. Keris tersebut dipasang pada
sabuk yang terletak di pinggul atau perut dengan menyerong ke kanan. Ikat
pinggang pending.
Ikat Pinggang Pending |
Ikat Pinggang Pending |
https://borneochannel.com/pakaian-adat-jambi/
17:23 11 mei 2019
https://djangki.wordpress.com/2012/10/18/mengenal-suku-asli-provinsi-jambi/
Reid, Anthony; Maris,
Masri. 2011, Menuju Sejarah Sumatra:
Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar