Sejarah Kebudayaan Melayu Jambi: Pakaiaan Adat Pernikahan Masyarakat Provinsi Jambi - Lemonade

Latest

Lemonade

Lemonade Pecandu buku(kamu)

Minggu, 12 Mei 2019

Sejarah Kebudayaan Melayu Jambi: Pakaiaan Adat Pernikahan Masyarakat Provinsi Jambi

 
http://www.bpkp.go.id/jambi/konten/779/Wilayah-Kerja.bpkp

Masuknya islam ke Indonesia diperkirakan pada abad ke 7 M begitu pun dengan Jambi. Masuknya Islam ke Jambi pun diperkirakan pada abad ke 7 M dengan munculnya 2 kerajaan di pantai timur Sumatra, yakni: Moloyu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Kerajaan Moloyu dengan basis Islam, sedangkan Sriwijaya dengan basis Budha. Ini dibuktikan dengan adanya catatan perjalanan I-tsing. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 13 M. dengan masuknya Islam ke Indonesia, memberikan banyak pengaruh terhadap masyarakat dan kebudayaan yang ada di Indonesia pada saat itu hingga sekarang.
Jambi merupakan salah satu privinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah pulau Sumatra. Luas provinsi Jambi sekitar 50.160,05 km2 dengan luas darat 49.734,55 km2 dan perairan 425,5 km2. Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Riau, di sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan provinsi Sumatra Barat dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Pengaruh islam sangat kental pada masyarakat Melayu, khususnya Jambi. Pengaruh ini sangatlah kental, terutama pada pakaian adat. Pakaian adalah simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya. Pakaian juga dapat menjadi penanda identitas suatu masyarakat dalam sebuah daerah, termasuk pakaian pengantin. Semakin indah dan megah pakaian dan aksesoris yang digunakan menandakan semakin tinggi pula kedudukan sang pengantin di kalangan masyarakatnya.
Pakaian pengantin adat etnis Jambi pada dasarnya memiliki beragam bentuk, jenis, dan makna filosofisnya sesuai dengan pesan-pesan nilai kebudayaan yang terkandung pada tempat, adat, dan kebiasaan masyarakat dari pakaiaan itu berasal. Hal ini juga berkaitan dengan ekonomi, sosial, politik dan keagamaan.
Simbol-simbol yang ada pada ornamen serta aksesoris tradisional di dalamnya dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi. Maka keanekaragaman suku dan budaya yang mendiami Jambi, secara struktur sosial dan kelompok, pakaiaan adatnya akan dipengaruhi oleh kondisi suku itu sendiri.
Terdapat 7 kelompok suku yang ada di Jambi, yaitu:

  1.  Pakaian pengantin suku Kerinci yang terdapat di Kab. Kerinci, Kota Sungaipenuh, dan sebagian di Kab. Batanghari. 
  2. Pakaian pengantin suku Batin yang terdapat di Kab. Merangin, Kab. Muarobungo, dan Kab. Batanghari.
  3.  Pakaian pengantin suku Penghulu yang dipengaruhi oleh daerah asalnya Sumatra Barat. Tersebar di Kab. Sarolangun (Batang Asai, Limun Empat Dusun, Palawan, dan Sungai Abang), dan Kab. Merangin (Sungai Manau, Nibung, Pangkalanjambu, dan Perentak). Suku Penghulu banyak mendiami wilayah kabupaten Bungo, Tebo, Merangin dan Sarolangun. Diperkirakan mereka dulunya berpindah dari wilayah suku Minangkabau ke Jambi. Hal ini dilihat dari adat istiadat dan budaya yang mirip suku Minangkabau. Bahasa orang Penghulu adalah bahasa Penghulu yang merupakan campuran bahasa Melayu Jambi dan Minangkabau. Pekerjaan sehari-hari umumnya di bidang pertanian dan mendulang emas. 
  4. Pakaian pengantin suku Pindah dipengaruhi oleh daerah asalnya Sumatra Selatan. Tersebar di Kab. Sarolangun (Karangmendapo dan Mandiangin), dan Kab. Batanghari.
  5. Pakaian pengantin suku Melayu Jambi, tersebar di daerah Kota Jambi, Kab. Muarojambi, dan Kab. Batanghari. Suku Melayu Jambi merupakan suku terbesar di provinsi Jambi. Tersebar dari kota Jambi, kabupaten Muaro Jambi dan Batanghari. Suku Melayu Jambi mayoritas beragama Islam dan berbahasa Melayu Jambi (Melayu dialek o). Suku Melayu Jambi berasal dari golongan Melayu muda (Deutro Melayu) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan suku Penghulu dan Pindah. 
  6. Pakaian pengantin suku Melayu Pantai Timur. Tersebar di Kab. Tanjungjabung Barat dan Kab. Tanjungjabung Timur. Pekerjaan mereka nelayan dan bertani. 
  7. Pakaian pengantin Orang Rimba di Bukit Duabelas. Tersebar di Kab. Sarolangun dan Kab. Merangin. Suku Anak Dalam atau sering disebut suku Kubu (panggilan kasar) merupakan suku terbelakang di Jambi. Mereka menyebut diri mereka “orang rimba” yang berarti orang yang tinggal di dalam hutan. Mereka kebanyakan tinggal kawasan taman nasional Bukit 12 dan taman nasional Bukit 30 di kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun dan Batanghari. Orang rimba hidup secara nomaden, sederhana dan menghidupi diri dengan berburu binatang dan mencari buah-buahan di hutan.

Dari tata busana dan perhiasan yang dipakai oleh pengantin pria dan pengantin wanita di masing-masing suku, mempunyai makna dan arti sesuai keadaan lingkungan dan masyarakat pendukungnya. (Sumber: Sejarah Adat Jambi 2001, Drs. Thabran Kahar, 1984/1985, Pemuka Adat Setempat, 2011)
Jambi juga berbatasan langsung dengan Sumatra Selatan, hal ini mengakibatkan akulturasi antara budaya Jambi dengan budaya Palembang sangat mungkin terjadi. Hal ini dapat dilihat dari baju pengantin Suku Pindah. Selain itu O. W. Wolters (1996) dalam buku Sejarah Jambi yang ditulis oleh Drs. Maizar Karim, M.Hum., menyebutkan bahwa pada abad 11 M, Jambi kembali menjadi pusat pemerintahan baru bagi Sriwijaya. Sehingga sedikit banyak kebudayaan dari Sriwijaya memberi pengaruh terhadap kebudayaan yang ada di Jambi. Selain itu pedagang Arab, China dan India yang masuk juga memberi pengaru terhadap kerajaan Melayu pada saat itu. Selain itu, Jambi juga berbatasan langsung dengan Sumatra Barat. Pakaian pengantin suku Penghulu dipengaruhi oleh daerah asalnya Sumatra Barat.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap beberapa kepala suku Kubu dan Talang Makak (di Bangko dan Rengat), yaitu merupakan golongan suku terasing. Yang diperoleh keterangan bahwa di masa lalu nenek moyang mereka menghindarkan diri ke hutan-hutan dengan dua macam alasan, yaitu: kedatangan Sri Maharaja Diraja yang datang dari laut. Mereka lebih suka mengembara dari pada dikuasai orang asing; alasan yang kedua, memprotes pernikahan salah seorang putri Minngkabau dengan raja yang datang dari luar. Pakaian pengantin adat suku Kubu ini berbentuk kain penutup bawahan bagi perempuan dan cawat untuk laki-laki.
Pada umumnya, pakaian adat pernikahan Jambi untuk perempuan berbentuk baju kurung tanggung berwarna merah sedikit diatas lutut. Berbahan dasar beludru dengan selendang yang berwarna hijau dan emas yang diikatkan disekitaran pinggang. Lalu ada ikat pinggang dan penutup dada. Untuk bagian bawah menggunakan kain songket yang ditenun menggunakan benang dari sutra, dan kaki menggunakan sandal selop. gelang kaki. ikat pinggang, teratai dada atau tutup dada, dan juga pending.
Penutup Kepala Suku Kerinci
Anting-anting
Hiasan kepala berupa mahkota hiasan tutup kepala, hiasan sanggul. Mahkota ini disebut pesangkon yang memiliki warna kuning dan berbentuk seperti duri pandan. Hiasan telinga emas, dan hiasan telinga perak. Hiasan telinga tersebut berupa Anting Beringin Rindang, yang terbuat dari emas kertas yang berbentuk lembaran-lembaran daun. Pada lembaran daun tersebut terdapat bentuk garis serta geometris. Anting ini merupakan perhiasantelinga pengantin wanita di Kab. Sarolangun dan Kab. Merangin saat pernikahan dan upacara adat. Melambangkan keindahan dan kenyamanan dalam berumah tangga. 

Kalung
Selain itu kalung yang digunakan yaitu: kalung tanduk buang, kalung macam bentuk binatang, dan kalung susun 3. Lalu ada gelang tangan yang terbuat dari logam dan dilapisi emas kertas. Motif kepala ular yang diberi permata merah dan putih. Dipakai di tangan wanita pada Kab. Sarolangun dan Kab. Merangin. Mencerminkan hidup wanita yang kuat untuk melindungi keluarganya. penutup kepala atau mahkota sebagai perhiasan kepala. Kemudian ada dua jenis cincin yang digunakan, yaitu pacat kenyang dan cincin kijang atau capung. 
Gelang Tangan
Gelang Tangan
Gelang yang digunakan cukup banyak, meliputi gelang kilat bahu masing-masing dua buah, gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban yang keseluruhannya dipasang pada lengan. Sedangkan gelang yang digunakan untuk kaki adalah gelang nago betapo dan ular melingkar.
Ikat Pinggang Pending
Pakaian adat untuk laki-laki juga menggunakan baju kurung tanggung berwarna merah. Tetapi memiliki perbedaan dengan pakaian wanita. Selain itu menggunakan lecak pada kepala. dan celana dibaian bawah lebar. Selain itu baju laki-laki dan perempuan bertabur motif dengan benang emas. Dan menggunakan kain songket setengah tiang. Selain itu laki-laki juga menggunakan gelang kaki, gelang tangan, dan juga cincin. Gelang tangan yang digunakan terbuat dari logam dengan celupan bermotif naga kuning. Kemudian ada cincin anyel. Cincin ini dikenakan pada jari manis kaum laki-laki dan melambangkan sudah adanya keterikatan dengan seorang wanita. Selain itu, pengantin pria juga menggunakan keris. Keris tersebut dipasang pada sabuk yang terletak di pinggul atau perut dengan menyerong ke kanan. Ikat pinggang pending.
Ikat Pinggang Pending
Ikat Pinggang Pending
Cincin Anyel





Sumber dan Referensi
https://djangki.wordpress.com/2012/10/18/mengenal-suku-asli-provinsi-jambi/
Reid, Anthony; Maris, Masri. 2011, Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar